Review Film Dokumenter dengan Tema Manusia dan Penderitaan
Sulitnya mencari nafkah di Indonesia masih menjadi
salah satu masalah nasional yang terjadi saat ini. Sulitnya mencari nafkah
untuk penghidupan yang layak tidak hanya terjadi dikota – kota besar seperti
Jakarta, Bandung, Surabaya atau Malang, tetapi terjadi juga di daerah pelosok
di Indonesia. Banyak keluarga yang menderita karena merasa berat untuk
menanggung biaya hidup di Indonesia.
Perasaan menderita itu yang akan menjadi topik
pembahasaan pada tulisan ini. Seperti yang diketahui penderitaan berasal dari
kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dara artinya menahan
atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir
dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan.
Namun peranan individu juga menentukan
berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi
seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan
kebahagiaan.Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan.
Seperti kasus yang dialami oleh bapak Juma’, seorang
tukang sampah di kota Malang. Beliau tergabung dalam DKP Kota Malang sejak
tahun 1987. Setiap hari beliau mengais sampah ditempat sampah komplek atau
perkampungan tanpa adanya libur demi mendapatkan uang untuk kehidupan ia
bersama keluarganya. Beliau hanya akan tidak bekerja bila sakit ataupun ada
keperluan. Selain melakukan pekerjaannya sebagai anggota dari DKP, beliau juga
mencari pekerjaan yang lain ataupun memilah – milah barang yang bisa dijual kembali
untuk tambahan penghasilannya.
Bapak Juma’ memiliki 4 orang anak, yang pertama
bekerja sebagai pengangkut sampah didekat pasar tamatan SMP, yang kedua tamatan
SMA , yang ketiga belum kerja tamatan SMP, dan yang terakhir masih sekolah di
SMP Terbuka di kota Malang sedangkan istrinya sudah meninggal tahun 2006. Hal
ini otomatis membuat bapak Juma’ harus berjuang lebih keras untuk menghidupi
dirinya dan keempat anaknya.
Menurut bapak Juma’, masalah sampah ini menjadi
kerjaan paling terakhir tapi diperlukan. Walaupun banyak orang memandang
sebelah kepada bapak Juma’ karena pekerjaannya, tetapi bapak Juma’ tetap
menikmati, karena yang terpenting adalah beliau bekerja demi keluarga dan
kebersihan. Bila tidak ada tukang sampah maka bagaimana masalah kebersihan itu.
Bapak Juma’ juga berharap kepada ada anaknya agar
mendapatkan pendidikan yang lebih layak dan menjadi pandai, namun melihat
kemampuan anak beliau pun tak bisa mamaksakan kehendaknya. Beliau hanya
berharap pada anaknya yang terakhir agar tidak bekerja seperti beliau, lebih
baik diatas beliau. Bapak Juma’ berharap bila saat ini ia menjadi pasukan
kuning (DKP) maka anaknya yang terakhir lebih baik menjadi pegawai negeri agar
lebih meringankan beban kehidupannya. Karena bila anaknya berhasil, maka menjadi
suatu kebanggaan untuknya.
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment